Kebesaran
telah menjadi pokok pembicaraan yang hangat diantara murid-murid Yesus. Mereka
memikirkan tentang kebesaran seseorang dalam paradigma dunia, maka mereka bertanya
kepada Yesus :“Tuhan siapakah yang terbesar dalam kerajaan Allah?”. Jawaban
Yesus ternyata sangat tidak terduga. Yesus
menunjuk hati dan sikap seperti hamba dan anak-anak adalah jalan bagi
kebesaran hidup seseorang. Kebenaran ini sangat menantang dan membesakan kita
dari belenggu keangkuhan dan perbudakan ego yang menggerogoti jiwa kita.
Sebagaimana
kita ketahui, dosa mengakibatkan manusia hidup dengan berpusat pada diri
sendiri, bukan lagi pada Allah. Hal ini mengakibatkan manusia dikuasai
keangkuhan hidup dan harga diri yang salah. Yesus datang untuk menyatakan
kebenaran yang memerdekakan jiwa kita. Yesus tidak ingin murid-muridNya tetap
memiliki paradigma duniawi dan mengejar sesuatu yang berlawanan dengan rencana Allah. Yesus ingin
merubah dan membawa murid-muridNya kedalam kehidupan yang dipenuhi kemuliaan
Allah yang kekal, bukan hanya kemuliaan duniawi yang bersifat sementara.
Kebesaran yang Yesus ajarkan berbenturan dengan ego manusia. Yesus menunjukkan jalan MENJADI BESAR dan TERKEMUKA
bukan berpusat pada kekuasaan tetapi pada PELAYANAN. Orang yang mau
melayani (menjadi hamba orang lain) sebenarnya sedang berjalan dalam
kesuksesan. Semakin dia bersedia
merendahkan hati bagi kebahagiaan orang lain, ia semakin ‘naik’ kearah
kebesaran yang Tuhan sediakan. Dan Yesus adalah hamba yang paling sempurna yang
pernah ada di dunia ini.
SEORANG
HAMBA ADALAH SEORANG YANG RENDAH HATI. Tidak ada alasan bagi seorang hamba
untuk menyombongkan semua pekerjaannya. Bagi seorang hamba kesempatan untuk
bisa melayani merupakan kesempatan yang dinanti-nantikan. Ia merasa mendapatkan
suatu kehormatan bila bisa melayani. Yesus memberikan teladan yang luar biasa
sempurna bagaimana Ia dengan rendah hati meninggalkan kemuliaaNya di surga dan
datang kedunia sebagai hamba yang hina dan miskin dan tidak diperhitungkan.
Tetapi karena itu Bapa meninggikanNya. Demikian juga kita, Bapa akan
meninggikan hidup kita bila kita bersedia merendahkan hati bersama dengan Yesus
(1 Petrus 5:6).
SEORANG
HAMBA AKAN MELAYANI DENGAN SUKACITA. Tidak ada alasan bersungut-sungut.
Kapanpun ‘tuan’nya membutuhkan, bagaimana pun situasi dan kondisinya, seorang
hamba harus siap sedia untuk orang-orang yang dilayaninya. Bahkan seorang hamba
akan bersedih hati bila tuannya tidak pernah memberikan tugas/pekerjaan
kepadanya. Sebagai hamba, Yesus menerima tugas dari BapaNya dengan sukacita
walaupun Ia harus menderita dan memberikan nyawaNya diatas kayu salib. Inilah hati
seorang hamba yang sungguh-sungguh mengasihi tuannya.
SEORANG
HAMBA TIDAK AKAN MENUNTUT PERSAMAAN HAK. Ia tidak akan mempersoalkan posisi dan
jabatannya. Sepenuhnya ia menyadari, bahwa ia ada untuk melayani bukan untuk
mengejar sebuah posisi/jabatan. Seorang hamba tidak pernah memilki
kecemburuan/iri hati dengan jabatan, fasilitas, kekayaan, maupun kesempatan
yang dimilki oleh orang yang dilayaninya maupun dengan sesama hamba. Yesus
sebagai hamba yang sempurna tidak pernah menuntut persamaan hak dari BapaNya.
Ia menerima apapun yang diberikan dan diperintahkan oleh BapaNya dengan tulus
hati.
Dalam
budaya manapun konsep tentang menjadi seorang hamba pada umumnya dipandang
rendah dalam masyarakat kita. Semua orang menginginkan kedudukan, gelar, nama
besar, popularitas dilayani dan dihormati oleh banyak orang. Karena itu hanya
orang yang telah menerima Yesus Kristus dalam hidupnya yang mampu meneladani
kepribadian Yesus sebagai hamba Allah. Melalui topik minggu yang menekankan
YESUS MESIAS ANAK ALLAH YANG HIDUP, maka sebagai murid Kristus yang sekaligus
hamba Allah kiranya kita dapat mengemban tugas dan kepercayaan yang diberikan
kepada kita dengan rendah hati dan penuh dengan sukacita selama hayat kita
sebagai ungkapan syukur atas karya Kristus yang telah membebaskan kita dari
kematian yang kekal.
Bahan diskusi :
1. Bagaimanakah sikap yang menunjukkan bahwa kita
melakukan tugas dengan rendah hati? (Songon dia do hataridaan ni naung serep
rohanta di angka ulaon napinasahat tu hita?)
2. Bagaimanakah sikap kita dalam kegiatan/tugas
sehari-hari bila menghadapi rintangan/tantangan yang menyulitkan kehidupan
kita? (Boha do sikapnta di ngolu siganup ari molo jumpang angka paraloan na
mambahen hamaolon di kegiatan manang tugas sehari-hari?)