Kamis, 25 Oktober 2012

“MENJADI YANG TERBESAR” Markus 9 : 30-37


Kebesaran telah menjadi pokok pembicaraan yang hangat diantara murid-murid Yesus. Mereka memikirkan tentang kebesaran seseorang dalam paradigma dunia, maka mereka bertanya kepada Yesus :“Tuhan siapakah yang terbesar dalam kerajaan Allah?”. Jawaban Yesus ternyata sangat tidak terduga. Yesus menunjuk hati dan sikap seperti hamba dan anak-anak adalah jalan bagi kebesaran hidup seseorang. Kebenaran ini sangat menantang dan membesakan kita dari belenggu keangkuhan dan perbudakan ego yang menggerogoti jiwa kita.
Sebagaimana kita ketahui, dosa mengakibatkan manusia hidup dengan berpusat pada diri sendiri, bukan lagi pada Allah. Hal ini mengakibatkan manusia dikuasai keangkuhan hidup dan harga diri yang salah. Yesus datang untuk menyatakan kebenaran yang memerdekakan jiwa kita. Yesus tidak ingin murid-muridNya tetap memiliki paradigma duniawi dan mengejar sesuatu yang  berlawanan dengan rencana Allah. Yesus ingin merubah dan membawa murid-muridNya kedalam kehidupan yang dipenuhi kemuliaan Allah yang kekal, bukan hanya kemuliaan duniawi yang bersifat sementara. Kebesaran yang Yesus ajarkan berbenturan dengan ego manusia. Yesus menunjukkan jalan MENJADI BESAR dan TERKEMUKA bukan berpusat pada kekuasaan tetapi pada PELAYANAN. Orang yang mau melayani (menjadi hamba orang lain) sebenarnya sedang berjalan dalam kesuksesan. Semakin dia bersedia merendahkan hati bagi kebahagiaan orang lain, ia semakin ‘naik’ kearah kebesaran yang Tuhan sediakan. Dan Yesus adalah hamba yang paling sempurna yang pernah ada di dunia ini.
SEORANG HAMBA ADALAH SEORANG YANG RENDAH HATI. Tidak ada alasan bagi seorang hamba untuk menyombongkan semua pekerjaannya. Bagi seorang hamba kesempatan untuk bisa melayani merupakan kesempatan yang dinanti-nantikan. Ia merasa mendapatkan suatu kehormatan bila bisa melayani. Yesus memberikan teladan yang luar biasa sempurna bagaimana Ia dengan rendah hati meninggalkan kemuliaaNya di surga dan datang kedunia sebagai hamba yang hina dan miskin dan tidak diperhitungkan. Tetapi karena itu Bapa meninggikanNya. Demikian juga kita, Bapa akan meninggikan hidup kita bila kita bersedia merendahkan hati bersama dengan Yesus (1 Petrus 5:6).
SEORANG HAMBA AKAN MELAYANI DENGAN SUKACITA. Tidak ada alasan bersungut-sungut. Kapanpun ‘tuan’nya membutuhkan, bagaimana pun situasi dan kondisinya, seorang hamba harus siap sedia untuk orang-orang yang dilayaninya. Bahkan seorang hamba akan bersedih hati bila tuannya tidak pernah memberikan tugas/pekerjaan kepadanya. Sebagai hamba, Yesus menerima tugas dari BapaNya dengan sukacita walaupun Ia harus menderita dan memberikan nyawaNya diatas kayu salib. Inilah hati seorang hamba yang sungguh-sungguh mengasihi tuannya.
SEORANG HAMBA TIDAK AKAN MENUNTUT PERSAMAAN HAK. Ia tidak akan mempersoalkan posisi dan jabatannya. Sepenuhnya ia menyadari, bahwa ia ada untuk melayani bukan untuk mengejar sebuah posisi/jabatan. Seorang hamba tidak pernah memilki kecemburuan/iri hati dengan jabatan, fasilitas, kekayaan, maupun kesempatan yang dimilki oleh orang yang dilayaninya maupun dengan sesama hamba. Yesus sebagai hamba yang sempurna tidak pernah menuntut persamaan hak dari BapaNya. Ia menerima apapun yang diberikan dan diperintahkan oleh BapaNya dengan tulus hati.
Dalam budaya manapun konsep tentang menjadi seorang hamba pada umumnya dipandang rendah dalam masyarakat kita. Semua orang menginginkan kedudukan, gelar, nama besar, popularitas dilayani dan dihormati oleh banyak orang. Karena itu hanya orang yang telah menerima Yesus Kristus dalam hidupnya yang mampu meneladani kepribadian Yesus sebagai hamba Allah. Melalui topik minggu yang menekankan YESUS MESIAS ANAK ALLAH YANG HIDUP, maka sebagai murid Kristus yang sekaligus hamba Allah kiranya kita dapat mengemban tugas dan kepercayaan yang diberikan kepada kita dengan rendah hati dan penuh dengan sukacita selama hayat kita sebagai ungkapan syukur atas karya Kristus yang telah membebaskan kita dari kematian yang kekal.

Bahan diskusi :
1.  Bagaimanakah sikap yang menunjukkan bahwa kita melakukan tugas dengan rendah hati? (Songon dia do hataridaan ni naung serep rohanta di angka ulaon napinasahat tu hita?)
2.  Bagaimanakah sikap kita dalam kegiatan/tugas sehari-hari bila menghadapi rintangan/tantangan yang menyulitkan kehidupan kita? (Boha do sikapnta di ngolu siganup ari molo jumpang angka paraloan na mambahen hamaolon di kegiatan manang tugas sehari-hari?)