Sabtu, 21 Mei 2011

(MINGGU KANTATE 22 MEI 2011) TUHAN TELAH MENYEDIAKAN PUJIAN DARI MULUT BAYI

Hampir semua kebaktian minggu umum (Parmingguon na magodang) di HKBP minimal ada satu unit koor yang di kumandangkan, bahkan ada juga satu gereja lokal yang menyanyikan lebih dari lima unit koor yang berperan dalam satu kebaktian minggu, hal ini tidak salah, tetapi yang menjadi satu koreksi benarkah setiap pujian yang di sampaikan dalam satu acara kebaktian merupakan pujian yang memuliakan Tuhan? Bahkan merupakan satu nyanyian baru bagi Tuhan! Melalui nama minggu Kantate yang berarti : “nyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan” hendaknya hidup kita sebagai orang percaya / gereja secara totalitas tetap menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan. Sesuai dengan topik mingguan yang mengarahkan Mari kita memuji Tuhan (Beta hita mamuji Debata), bagaimanakah kehidupan kita sebagai orang percaya / gereja memuji Tuhan?
1.     1.   Pujian itu harus tulus, bukan sesuatu yang sifatnya rutinitas saja atau karena tugas (Ay. 14-16). Para imam dan ahli taurat merasa jengkel karena mereka mendengar suara anak-anak yang berseru dalam bait Allah : “Hosiana bagi anak Daud!” pernyataan Yesus kepada para imam dan ahli taurat : belum pernah kamu baca : dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian? Hal ini merupakan suatu sindiran yang  bersifat sarkasme karena melihat sikap mereka yang jengkel terhadap respon anak-anak yang berseru memuliakan Allah atas mujizat (orang timpang dan orang buta disembuhkan) yang dilakukan Allah di baitNya. Pernyataan Yesus ini kiranya membuat kita instropeksi diri dalam pelayanan baik sebagai Pengkotbah, Peliturgis, Paduan suara, Pemusik, Kolektan, Anggota jemaat yang secara kontiniu berperan dalam setiap ibadah secara formal. Nyanyian baru bukanlah suatu lagu yang syair atau liriknya baru, tetapi pujian yang merupakan respon atas karya Allah dalam hidupnya sehari-hari.
2.     2.  Pujian itu mendemonstrasikan imannya kepada dunia ini (Ay. 17-19). Kutukan terhadap pohon Ara yang tidak berbuah di ayat 19 hendaklah kita terima sebagai koreksi terhadap status kita sebagai orang percaya / gereja yang seharusnya sudah dewasa secara Rohani tetapi belum berbuah. Seringkali kita mengikuti aktifitas kerohanian tidak didasari oleh iman yang benar kepada Allah, sehingga bila mempunyai persoalan seseorang menjadi mundur dan kecewa dan akhirnya meninggalkan persekutuan (Koinonia orang-orang percaya). Namun jika satu aktifitas yang kita lakukan dalam hidup kita setiap hari baik secara formal atau keseharian kita merupakan dorongan yang keluar dari iman kita tehadap karya Allah, tidak akan membuat kita mundur apapun yang kita hadapi bahkan justru merupakan demonstrasi kuasa iman secara menarik dan nyata.
3.    3.  Pujian yang menghasilkan kuasa spektakular (Ay.20-22). Para murid Yesus menjadi tercengang (heran) melihat pohon Ara yang kering setelah pernyataan Yesus : “sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi”. Allah menyatakan mujizatNya melalui pujian, hal ini telah dicatat sebagai sejarah dalam Perjanjian Lama : Tembok Jeriko runtuh oleh pujian bahkan dalam Perjanjian Baru : Rantai yang mengikat tangan dan kaki Paulus menjadi lepas melalui pujian. Marilah kita berjuang bahwa hal-hal spektakuler dapat tetap berlangsung di dunia melalui sikap pujian yang tulus kepada Allah sang Pencipta alam semesta ini. Saat anda mengalami perjuangan yang rasanya hampir menenggelamkan anda cobalah tenangkan hatimu! Ingatlah suatu syair pujian yang dapat anda nyanyikan didalam ketulusan dan kepasrahan. Rasakan hadirat Allah yang hadir mengangkatmu dalam gelombang kehidupanmu. Selamat berkantate! Pujilah Tuhan dalam karyaNya melalui hidupmu, karyamu setiap hari! Amin.

Pdt. E. D. Nainggolan, STh

Minggu, 15 Mei 2011

“Percayalah kepada Kristus: Dialah Tuhan yang peduli pada kehidupan kita”


Para murid-murid Yesus telah tahu bahwa Ia telah bangkit, namun kini mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang Petrus ingin pergi melakukan aktifitasnya sebagai penjala ikan. Pergi memancing atau menangkap ikan, adalah sesuatu yang diperlukan karena mereka masih harus mencari nafkah untuk diri mereka dan keluarga mereka. Sekalipun mereka tidak ada niat untuk meninggalkan komitmen mereka menjadi murid Yesus. Masalahnya, “Malam itu mereka tidak menangkap apa-apa”. Mengapa gagal usaha mereka? Mereka pandai menangkap ikan dan mengetahui keadaan danau itu dan tempat ikan berada?. Apakah itu kebetulan saja? Tidak. Tetapi ada di dalamnya rencana Tuhan. Rencana Tuhan ini juga akan kita rasakan bersama pada perayaan Jubileum 150 tahun HKBP ini. Marilah kita renungkan bersama:
1.    Tuhan Yesus ingin mengajar murid-muridNya: Yesus sendirilah yang berkuasa atas kelangsungan  masa depan murid-muridNya. Sebelum Tuhan Yesus membuat yang terbaik bagi mereka, Ia pun bertanya: “Adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" lalu mereka menjawab: "Tidak ada." Yesus tahu kegagalan mereka, sekarang Ia menyuruh mereka untuk menyebarkan jala disebelah kanan perahu. Sangat penting untuk menerima bimbingan dari Tuhan dalam segala pekerjaan kita. Jikalau kita hidup tanpa kehadiran Kristus serta tuntunan tanganNya, maka sebagian besar pekerjaan kita akan merupakan kegagalan dan usaha yang sia-sia.
2.    Keterbukan kepada Yesus sangatlah menentukan apa yang diperbuat bagi kita, tetapi kita jangan lupa, jika Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita, janganlah kita menutup diri. Kita akan sama seperti murid-murid yang telah merespons apa yang diperintahkan Yesus, yaitu menebarkan jala, sehingga mendapat ikan yang tidak dapat di tarik karena banyaknya mereka dapat. Melihat keadaan seperti ini mereka pun mengaku, bahwa yang hadir di tengah-tengah mereka, adalah: Tuhan Yesus. Orang yang mendapat berkat Tuhan, tidak langsung membungkus atau menganggap miliknya sendiri. Tetapi lebih dahulu melakukan apa yang diperintahkan Yesus, yaitu: "Makan bersama dengan Yesus” sebab Yesus telah mempersiapkan roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.
3.    Saudaraku yang terkasih! Hari ini kita sedang merayakan Jubileum 150 tahun HKBP di tingkat Jemaat HKBP Sukajadi ini. Kita sedang diingatkan Firman Tuhan ini, bahwa segala usaha dan pekerjaan kita dapat gagal kalau tidak kita lakukan sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. Tidak semuanya pekerjaan kita akan berhasil, tetapi ada saatnya kita gagal. Disinilah kita perlu menyadari, bahwa di dalam tiap kesusahan, kerugian dan kegagalan itu pastilah Tuhan Yesus dapat mengubahnya menjadi sukacita kita, dan menggunakannya untuk mengajarkan suatu yang sangat bermanfaat bagi kita. Tuhan Yesus hadir disetiap kegagalan kita dan menjadikannya berkat. Ada kalanya Tuhan membiarkan kegagalan menimpa kita untuk mencegah kita menempuh jalan yang salah. Tetapi, jika kita lebih dahulu melakukan apa yang diperintahkan Yesus, pastilah kita berhasil mendapat berkatNya. Untuk itu! Pastikanlah dirimu percaya kepada Kristus. Dialah Tuhan yang peduli pada kehidupan kita. Amin.  

Jadilah Penabur Yang Baik Dalam Kerajaan Allah!


Saudaraku yang terkasih! Di dalam Alkitab, Tuhan Yesus menggunakan salah satu profesi manusia di dunia ini yaitu: PENABUR BENIH. Tujuannya adalah untuk memberikan pengertian kepada orang banyak tentang rahasia Kerajaan Allah melalui perumpamaan seorang penabur. Profesi petani digunakan. Ketika penabur pergi ke luar untuk bekerja, pastilah dia terlebih dahulu mempersiapkan segala peralatan dan semua perlengkapannya supaya tidak ada yang ketinggalan dan benar-benar siap untuk bekerja. Satu pertanyaan muncul dari keterangan ini, jika pergi keluar, pada awalnya penabur berada dimana? Jawaban akan mudah ditemukan, sebab dia awalnya berada dalam, di dalam rumahnya, lingkungannya. Tidak datang dari dalam, tetapi dari luar. Dari krakter penabur menunjukkan, bahwa benih mempunyai pemilik, tidak liar, pemilik yang tahu ciri kas dan jenis benih tersebut, serta bisa menanam dan merawatnya. Satu hal yang menjadi penting dikemukakan, bahwa benih tidak datang dari luar, tetapi dari dalam, dari dalam keluarga-keluarga kita, yaitu keluarga Kristen, yang telah masuk dalam Kerajaan Allah. Persoalan yang muncul, adakah keluarga atau kita penabur yang dari dalam atau orang yang dari dalam tetapi perilaku mencerminkan orang-orang dari luar? Yang kesukaannya melakukan dosa dan pelanggaran, bila masih seperti itu, rubah perilaku pribadi untuk dipersiapan menjadi penabur yang dari dalam. Bila orang-orang dari dalam kesukaannya menabur Benih Firman Allah, agar banyak orang dapat dibawa masuk dalam Kerajaan Allah.
Apa yang menjadi kesanggupan kita untuk menabur benih Firman Allah? Iman kita dan kesediaan kita dengan hati yang tulus iklas menaburkan benih itu, yaitu: Firman Allah. Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Ada waktu yang tepat bagi dia, tidur pada malam dan bangun siang hari untuk pergi melihat bagaimana benih yang ditaburkannya. Ternyata benih itu telah mengeluarkan tunas - makin tinggi dan bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah. Mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Pada akhirnya masak, penabur itu pun dengan segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba. Bagaimana itu terjadi, tidak diketahui oleh si penabur itu.
Sekarang waktunya menabur, banyak lahan yang tersedia untuk ditanami dengan Firman Allah, mari kita persiapkan segala perlengkapan. Semuanya kita terpanggil menjadi penabur. Hanya orang yang rajin bisa menanam benih, hasil tidak akan kelihatan dan tidak dapat dimiliki kalau tidak bekerja.
Marilah menabur dengan Yesus, karena akan dijadikan berhasil. Kita masih mempunyai kesempatan-kesempatan untuk menentukan pilihan, gunakan dengan sebaik-baiknya karena tidak ada waktu untuk menunda sebagaimana pengikut dan muridNya, sebab hasil dari pilihan itu dapat memberikan keuntungan dalam kehidupan, bukan keuntung-an duniawi tetapi keuntungan Sorgawi, karena kita telah mengetahui rahasia Kerajaan Allah, itulah membuat kita berhasil. Bila musim tuaian besar seperti ini kita inginkan, jadilah penabur yang baik dalam Kerajaan Allah. Amin.

Tolong!!!!! Carikan aku Gembala yang Baik (Dengarlah suara Yesus)


Di tengah-tengah banyaknya suara yang terdengar dan berkumandang di dunia ini, setiap orang yang percaya pada Kristus diuji untuk mendengar dan meneliti mana suara yang bersumber dari dunia dan dari pada Allah. Dalam setiap kemelut dan perjalanan kehidupan yang beragam dan penuh warna, acapkali orang percaya jatuh pada pendengaran yang salah. Sehingga cenderung percaya dan yakin bahwa suara di dunia ini lebih bisa menjamin dan menjawab persoalannya. Ternyata apa yang mereka tawarkan hanya bersifat sementara dan akhirnya tujuannya adalah menipu, menjerumuskan dan mematikan.

Tentunya, saudara/i pernah mendengar perihal orang yang lebih mendengar dan bergantung pada harta dan kuasanya. Kasus Gayus bisa mencerminkan akan hal itu. Ketika ia lebih menggantungkan hidupnya pada harta melalui tindakan korupsi (demi kemewahan dan kesenangan), ternyata justru hartanya itu malah menjerumuskan dia ke dalam penjara dan pengadilan. Ketika beberapa artis dan banyak pemuda Indonesia yang tergoda mendengar suara (pengaruh) Narkoba, maka narkoba itu akan menjerat dia kepada penyakit dan kematian, penjara dan atau rehabilitasi. Ketika lebih banyak keluarga yang mendengar suara dari pihak-pihak luar yang ingin menghancurkan keharmonisan di tengah-tengah rumah tangga itu, maka niscaya keluarga itu akan di ambang perpecahan dan kehancuran. Ketika banyak orang percaya yang lebih mendengar suara nabi-nabi palsu dan gembala-gembala sesat serta penipu, maka akan banyak orang Kristen yang terpecah belah dan gampang diadu sehingga akhirnya persekutuannya runtuh, luluh dan pelayanan pun menjadi semu.

Dalam perbincangan yang cukup alot dan berbobot, Yesus menunjukkan dirinya sebagai Gembala Yang Baik kepada guru-guru Yahudi, orang-orang Sadusi dan Farisi yang berpihak sebagai gembala penipu (gembala upahan). Yesus menunjukkan bahwa hanya Ialah satu-satunya yang mampu menggembalakan domba-dombaNya. Sedangkan gembala upahan hanya mementingkan diri sendiri, tidak peduli pada kelangsungan dan kelestarian domba-dombanya, bahkan cenderung mencelakakan dan membinasakan. Sebaliknya, Yesus adalah Gembala yang merelakan nyawanya bagi domba-dombaNya, memberikan kehidupan dan hidup berkelimpahan; bukan hanya sekarang tetapi selama-lamanya (bnd Mazmur 23). Yesus satu-satunya yang mampu menjawab seluruh persoalan domba-dombaNya. Dari masuk hingga keluar (kandang), Yesus selalu ada dan bersamanya. Tidak akan ada kekurangan atau kepahitan. Yesus bisa menjawab segala persoalan dan kekurangan domba-dombaNya.

Selanjutnya, bagaimana supaya kita bisa lebih peka membedakan mana suara Tuhan Yesus dan suara dunia ini? Bangunlah persekutuan dan hubungan yang intim secara pribadi bersama Tuhan melalui disiplin dalam berdoa, membaca dan menggumulkan firman Tuhan, bahkan dengan memperdalam dan memperkaya pengetahuan tentang kebenaran firmanNya. Bila suara Yesus telah kita dengarkan saban hari, niscaya suara-suara dunia ini bisa dihempang dan dipatahkan di dalam nama Tuhan Yesus kristus. Amin