Kamis, 15 November 2012

“Yesus akan menang” Wahyu 1 : 4b – 8


Kitab Wahyu yang dilatarbelakangi saat terjadinya penganiayaan gencar pada orang-orang Kristen. Karena itu kitab ini dituliskan untuk mendorong orang percaya dalam penganiayaan di zaman Romawi, dengan mengungkapkan bahwa Mesias mereka masih memegang kendali dan pada akhirnya akan menjadi pemenang. Wahyu Yohanes menampilkan suasana Kristus yang telah dibangkitkan dan dimuliakan.  Jadi tidak mengherankan ketujuh surat kepada jemaat Asia memuat pesan umumnya berisi teguran dan janji dan berisi penjelasan diri mengenai Tuhan yang telah dimuliakan.
Ketujuh jemaat yang di Asia kecil adalah utusan untuk seluruh jemaat gereja sebagaimana dikatakan bahwa “siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat”. Dia, yang ada dan yang sudah dan yang akan datang adalah gelar bagi Allah, dengan menekankan kekekalanNya dan hubungannya yang vital dengan sejarah. Artinya kedatangan Kristus yang kedua kalinya adalah mencakup pengertian bahwa hal itu merupakan peristiwa penting yang disertai dengan kehadiran Allah.
Apa yang diharapkan Wahyu dari Yohanes adalah jauh untuk menyakinkan orang percaya kepada pengertian tentang perbuatan Allah yang sungguh ajaib dan hal itu menjadi pedoman bagi orang percaya untuk mengerti jalan dan perbuatan Tuhan.
*Kesetiaan mendatangkan kekayaan rohani
Jemaat yang ada di Asia kecil pada umumnya pertama-tama bukanlah jemaat yang kaya dan boleh dikatakan mereka hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Tetapi Tuhan yang datang kepada jemaat dengan mengatakan “Aku tahu kemiskinanmu” itu artinya, Tuhan bukan melupakan jemaat, ia tahu keadaan jemaat tersebut. Band. Mat. 6 : 25 - 34. “Hal kekuatiran”. Dengan demikian hakekat kekristenan memberi arti, lebih baik miskin karena lebih memilih untuk berjalan lurus, setia untuk meninggalkan cara-cara curang terutama dalam setiap pekerjaan. “Miskin tetapi kaya” kitab suci sering kali berbicara tentang bukan dalam persoalan uang/materi Mis. Kaya dihadapan Allah Luk 12 : 21, kaya dalam iman Yak. 2 : 5, tetapi yang mau kita lihat adalah terang dalam terang Allah, yang berarti harta dunia adalah hal yang bisa binasa penting kita menganggap bahwa iman, kasih dan hal-hal baik melalui kasih karunia sebagai satu-satunya kekayaan yang kekal dan bertahan.
*Kesetiaan kunci keberhasilan
Penganiayaan yang terjadi pada jemaat Kristus bukanlah menjadi akhir dari segalanya, walaupun penganiayaan itu semakin intensif, sangat kejam dan menumpahkan darah. Bagaimanapun “tidak takut” tidak berarti absen totalnya rasa takut, tetapi penolakan untuk menyerah/tunduk pada ancaman/intimidasi, sehingga ancaman untuk disakiti tidak menyebabkan mereka meninggalkan kewajiban kepada Kristus. Karena Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, kematian fisik tidak boleh membuat kita takut, sekalipun itu sangat menyakitkan. “Hendaklah engkau setia sampai akhir” kasih yang lembut dan Tuhan menopang umatNya dan dengan memberi mereka kesempatan untuk pencapaian rohani yang lebih besar, dan cara/jalan untuk mengerjakan upah yang lebih cemerlang.
*Kesetiaan mendengar firman Tuhan
Mendengarkan firman Tuhan perlu diperhatikan bukan hanya dalam sukacita. Banyak orang justru tidak mau mendengar firman Tuhan pada waktu menderita. Mis. Bangsa Israel ketika menderita di padang gurun mereka tidak menyadari bahwa Allah setia mendampingi umatNya. Demikian hendaknya saat ini, orang yang menderita justru harus mendengar firman Tuhan menjadi kekuatan dan penghiburan untuk memampukan umatNya keluar dari segala kesulitannya. Dengan melihat dan mengerti arti kesetiaan itu kita akan melihat hal-hal yang ajaib yang akan Tuhan berikan. Anak manusia itu akan datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya, Alfa dan Omega bahwa Allah adalah Tuhan dari sejarah, awalnya dan akhirnya dan seluruh tenggang waktu antaranya. Allah adalah yang Maha kuasa.
Diskusi : 
1. Apakah kita mau menjadi saksi kebesaran Allah sampai saat ini? (Olo do hita gabe saksi huaso dohot hagogoonNa sahat tu partingkian on?)
2. Apakah kita mau setia sampai akhir percaya kepada Dia? (Olo do hita setia saleleng-lelengna tu Ibana?)

Jumat, 09 November 2012

MANAKAH YANG ANDA PILIH: MENDAPAT HIDUP YANG KEKAL ATAU KEHINAAN DAN KENGERIAN YANG KEKAL?


Daniel 12 : 1-3


          Salah satu persamaan mendasar dari semua agama dan kepercayaan yang ada di dunia ini adalah mempercayai adanya sorga (hidup yang kekal) dan neraka (kehinaan dan kengerian yang kekal), meskipun dengan sebutan ‘sorga’ dan ‘neraka’ itu berbeda-beda di setiap agama dan kepercayaan. Tentunya harapan semua penganut agama dan kepercayaan melalui  ajaran yang dipercayainya adalah bahwa dia ada di sorga bukan di neraka. Bagaimanakah dengan kita ? Apakah kita memiliki harapan yang pasti bahwa kita kelak ada di sorga ? Atau di neraka ? Mana yang engkau pilih hidup yang kekal atau kehinaan dan kengerian yang kekal ? Jika kepada saudara ditanyakan: Jika anda meninggal dunia, apakah anda memiliki keyakinan bahwa anda ada di sorga ? Apa jawaban anda, di sorga atau di neraka ?
          Nah, jemaat yang berbahagia ! Melalui nubuatan yang disampaikan Allah melalui nabi Daniel dalam konteks penderitaan yang dialami oleh umat Allah waktu itu, saudara hendak dibimbing untuk mengerti, mempercayai dan memegang teguh bahwa saudara telah memiliki hidup yang kekal (sorga).
1.  Pastikan bahwa saudara telah menerima dan percaya dalam nama  Tuhan Yesus.
      Secara umum bahwa Daniel pasal 12 ini, khususnya ayat 1-3 adalah penglihatan yang diberikan Allah yang membicarakan sesuatu yang akan terjadi. Bahkan ayat 1-3 ini adalah firman yang akan diselidiki banyak orang (lihat ayat 4). Ya, terpujilah nama TUHAN sebab apa yang dibicarakan di dalam nats ini telah digenapkan dalam diri TUHAN kita Yesus Kristus. Sebab nama Mikhael adalah salah satu nama dari banyak nama untuk Yesus sendiri. Mikhael yang disebut sebagai pemimpin besar itu nampak dari kuasanya yaitu mendampingi  dalam kesesakan yang besar dan memiliki kuasa untuk membangkitkan orang yang sudah mati. Siapakah yang mampu membangkitkan orang-orang mati kalau bukan Anak Allah, Yesus Kristus sendiri.
      Jemaat yang terkasih, saudara dan saya adalah orang yang berbahagia karena sebenarnya jika kita menerima dan percaya dalam nama Yesus Kristus (Lihat: Yohanes 1: 12) itu berarti kita telah menjadi anak-anak Allah dan memiliki hidup yang kekal (Bnd. Yohanes 3: 16; 6: 47, 10: 28, 1 Yohanes 5: 11-13). Percayai dan peganglah dengan teguh apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Yohanes  5:24: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”. Namamu telah tertulis di dalam Kitab kehidupan saat saudara menerima dan percaya kepada karya penebusan yang dilakukan Yesus di kayu salib (Bnd. Ibrani 9: 24-28). Sebagai alat penguji pertama bahwa kita telah menerima dan percaya kepada nama Yesus Kristus adalah kapanpun, dan di manapun kita meninggal dunia kita yakin pasti ada di sorga karena iman kepada Yesus Kristus. Kita akan disebut sebagai orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
2.  Pastikan bahwa saudara tidak goyah dalam menghadapi penderitaan sebagai kesaksian bahwa saudara telah memiliki hidup yang kekal.
      Sepanjang sejarah, umat Allah menghadapi berbagai masa sengsara. Akan tetapi, masa-masa sengsara tersebut masih kalah bila dibandingkan dengan masa sengsara (kesesakan) yang besar yang masih akan datang menjelang akhir zaman. Kesengsaraan paling hebat akan dihadapi oleh umat Allah menjelang akhir zaman (12:1; bandingkan dengan Matius 24:4-22 dan Markus 13:5-20). Sekalipun demikian, kita tak perlu takut. Kepastian dan jaminan akan keselamatan dalam memiliki hidup yang kekal yang telah diberikan oleh Yesus tetap membuat keberanian bagi kita untuk menghadapinya. Sebab kita akan mampu katakan: sekalipun aku harus meninggalkan dunia, sekalipun dunia ini hancur, aku tidak takut sebab toh … aku akan ada bersama dengan Allah. Sehingga kita mampu berkata seperti Paulus berkata: Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Roma 8:18). Sebagai alat penguji kedua bahwa kita telah menerima dan percaya kepada nama Yesus Kristus yang memberikan hidup yang kekal itu adalah bahwa kita tidak takut menghadapi kesengsaraan sebesar apapun sebab Tuhan Yesus sendiri yang akan mendampingi kita (Bnd. Mazmur 23).

Pertanyaan untuk di diskusikan:
1.  Apakah alat penguji yang menyatakan bahwa kita telah memiliki hidup yang kekal dan ayat Firman Allah mana saja yang dapat meneguhkan kita untuk mempercayainya ?
2.  Sepanjang kita hidup di dunia ini tidak akan pernah luput dari masalah, penderitaan dan kesengsaraan, pertanyaannya apakah yang dapat membuat kita teguh menghadapinya ?


Kamis, 25 Oktober 2012

“MENJADI YANG TERBESAR” Markus 9 : 30-37


Kebesaran telah menjadi pokok pembicaraan yang hangat diantara murid-murid Yesus. Mereka memikirkan tentang kebesaran seseorang dalam paradigma dunia, maka mereka bertanya kepada Yesus :“Tuhan siapakah yang terbesar dalam kerajaan Allah?”. Jawaban Yesus ternyata sangat tidak terduga. Yesus menunjuk hati dan sikap seperti hamba dan anak-anak adalah jalan bagi kebesaran hidup seseorang. Kebenaran ini sangat menantang dan membesakan kita dari belenggu keangkuhan dan perbudakan ego yang menggerogoti jiwa kita.
Sebagaimana kita ketahui, dosa mengakibatkan manusia hidup dengan berpusat pada diri sendiri, bukan lagi pada Allah. Hal ini mengakibatkan manusia dikuasai keangkuhan hidup dan harga diri yang salah. Yesus datang untuk menyatakan kebenaran yang memerdekakan jiwa kita. Yesus tidak ingin murid-muridNya tetap memiliki paradigma duniawi dan mengejar sesuatu yang  berlawanan dengan rencana Allah. Yesus ingin merubah dan membawa murid-muridNya kedalam kehidupan yang dipenuhi kemuliaan Allah yang kekal, bukan hanya kemuliaan duniawi yang bersifat sementara. Kebesaran yang Yesus ajarkan berbenturan dengan ego manusia. Yesus menunjukkan jalan MENJADI BESAR dan TERKEMUKA bukan berpusat pada kekuasaan tetapi pada PELAYANAN. Orang yang mau melayani (menjadi hamba orang lain) sebenarnya sedang berjalan dalam kesuksesan. Semakin dia bersedia merendahkan hati bagi kebahagiaan orang lain, ia semakin ‘naik’ kearah kebesaran yang Tuhan sediakan. Dan Yesus adalah hamba yang paling sempurna yang pernah ada di dunia ini.
SEORANG HAMBA ADALAH SEORANG YANG RENDAH HATI. Tidak ada alasan bagi seorang hamba untuk menyombongkan semua pekerjaannya. Bagi seorang hamba kesempatan untuk bisa melayani merupakan kesempatan yang dinanti-nantikan. Ia merasa mendapatkan suatu kehormatan bila bisa melayani. Yesus memberikan teladan yang luar biasa sempurna bagaimana Ia dengan rendah hati meninggalkan kemuliaaNya di surga dan datang kedunia sebagai hamba yang hina dan miskin dan tidak diperhitungkan. Tetapi karena itu Bapa meninggikanNya. Demikian juga kita, Bapa akan meninggikan hidup kita bila kita bersedia merendahkan hati bersama dengan Yesus (1 Petrus 5:6).
SEORANG HAMBA AKAN MELAYANI DENGAN SUKACITA. Tidak ada alasan bersungut-sungut. Kapanpun ‘tuan’nya membutuhkan, bagaimana pun situasi dan kondisinya, seorang hamba harus siap sedia untuk orang-orang yang dilayaninya. Bahkan seorang hamba akan bersedih hati bila tuannya tidak pernah memberikan tugas/pekerjaan kepadanya. Sebagai hamba, Yesus menerima tugas dari BapaNya dengan sukacita walaupun Ia harus menderita dan memberikan nyawaNya diatas kayu salib. Inilah hati seorang hamba yang sungguh-sungguh mengasihi tuannya.
SEORANG HAMBA TIDAK AKAN MENUNTUT PERSAMAAN HAK. Ia tidak akan mempersoalkan posisi dan jabatannya. Sepenuhnya ia menyadari, bahwa ia ada untuk melayani bukan untuk mengejar sebuah posisi/jabatan. Seorang hamba tidak pernah memilki kecemburuan/iri hati dengan jabatan, fasilitas, kekayaan, maupun kesempatan yang dimilki oleh orang yang dilayaninya maupun dengan sesama hamba. Yesus sebagai hamba yang sempurna tidak pernah menuntut persamaan hak dari BapaNya. Ia menerima apapun yang diberikan dan diperintahkan oleh BapaNya dengan tulus hati.
Dalam budaya manapun konsep tentang menjadi seorang hamba pada umumnya dipandang rendah dalam masyarakat kita. Semua orang menginginkan kedudukan, gelar, nama besar, popularitas dilayani dan dihormati oleh banyak orang. Karena itu hanya orang yang telah menerima Yesus Kristus dalam hidupnya yang mampu meneladani kepribadian Yesus sebagai hamba Allah. Melalui topik minggu yang menekankan YESUS MESIAS ANAK ALLAH YANG HIDUP, maka sebagai murid Kristus yang sekaligus hamba Allah kiranya kita dapat mengemban tugas dan kepercayaan yang diberikan kepada kita dengan rendah hati dan penuh dengan sukacita selama hayat kita sebagai ungkapan syukur atas karya Kristus yang telah membebaskan kita dari kematian yang kekal.

Bahan diskusi :
1.  Bagaimanakah sikap yang menunjukkan bahwa kita melakukan tugas dengan rendah hati? (Songon dia do hataridaan ni naung serep rohanta di angka ulaon napinasahat tu hita?)
2.  Bagaimanakah sikap kita dalam kegiatan/tugas sehari-hari bila menghadapi rintangan/tantangan yang menyulitkan kehidupan kita? (Boha do sikapnta di ngolu siganup ari molo jumpang angka paraloan na mambahen hamaolon di kegiatan manang tugas sehari-hari?)

Minggu, 12 Agustus 2012

Hidup Dalam Pimpinan Tuhan( Epesus 5 : 15 – 20 )

Rasul Paulus mengirim suratnya kepada orang Kristen yang ada di Efesus ketika ia dalam penjara di Roma. Tujuannya untuk membekali dan menguatkan jemaat Efesus untuk tetap didalam iman yang teguh, tetap berbuat baik, kasih dan damai terhadap sesama sebagai anak-anak terang yang telah ditebus dan diselamatkan oleh Kristus Yesus, walaupun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Setiap orang Kristen terpanggil untuk hidup kudus, sebab telah dikuduskan didalam Kristus Yesus ( Efesus 1 : 1  ;  Roma 1 : 7  ; 1 Kor 1 : 2 ).
Dikatakan : "…. Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikiran yang sia-sia (4 : 17), sebab itu jadilah penurut-penurut Allah seperti anak-anak yang kekasih…." ( 5 : 1 ).
Nats mengingatkan dan mengajak setiap orang percaya untuk menunjukkan jatidirinya sebagai pengikut Kristus dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang berkenan dihadapan Tuhan. Kita terpanggil untuk hidup kudus walaupun berada ditengah-tengah dunia yang penuh dosa dan cemar ini. Itu bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan pimpinan Tuhan melalui Roh Kudus kita menjadi dimampukan :
1.  Menjadi Kristen yang arif / bijaksana (marroha) bukan orang bebal (na so marroha .
    Dalam ayat 15 yang disebut orang arif itu adalah orang yang hidup dengan cukup seksama, yang beroleh hikmat kebijaksanaan untuk mengenal yang baik dan tidak baik serta yang cukup hati-hati dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Dengan kesediaan kita mendengar, memperhatikan, merenungkan firman Tuhan serta memberikan hidup kita dipimpin olehTuhan, kita akan beroleh hati yang bijaksana.  “Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepada ku pada waktu pagi, sebab kepada - Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah ku angkat jiwaku“ (Mzm 143 : 8 )
2.  Mempergunakan waktu yang ada
   Waktu merupakan anugrah Tuhan. Manusia diharapkan untuk selalu mempergunakan hari-harinya dengan baik, sebab hari-harinya terbatas didunia ini. Semua hari-hari itu dijadikan Tuhan baik, hanya saja tergantung kepada manusia itu sendiri bagaimana untuk mempergunakan dan mengisi hari-harinya:  apakah dengan hal yang sia-sia atau sebaliknya hal yang berkenan kepada Allah. Tuhan menciptakan manusia bukan seperti robot melainkan diberi kebebasan berkarya dan memilih, tetapi kebebasan yang kelak dipertanggung jawabkan. “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana“  (Mzm 90 : 12 )
3.  Mengucap syukur senantiasa kepada Tuhan
     Rasa syukur membuat kita beriman sehingga mengakui, memuji-muji dan memberitakan perbuatan kebesaran Tuhan. Pengenalan akan berkat-berkat Tuhan akan mendorong kita untuk senantiasa mengucap syukur, tidak hanya dalam hal senang tetapi juga dalam kesusahan. Allah telah menunjukkan keselamatanNya kepada kita didalam Yesus Kristus atas pengorbananNya dan cinta kasihNya yang tidak menuntut apa-apa.
4.  Hidup dalam kerendahan hati
     Kerendahan hati mendekatkan kita kepada Allah sehingga kita bisa menilai diri sendiri dari sudut pandang kebesaranNya. Mengenal diri sendiri sebagai manusia yang dikasihi Tuhan maka kita bersedia memberikan hati kita dibimbing dan dituntun olehNya. Tanpa pertolongan Tuhan, manusia tidak dapat berbuatapa-apa ( Yoh 15 : 5)

Diskusi :
1.  Dalam nats, hal apakah yang harus kita perbuat sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan? ( Angka dia ma ingkon jumpang dingolunta songon angka na ungtinobusNahita ?)
2.  Kepada siapakah kita mempercayakan hidup supaya dapat hidup berkenan kepadaNya?( Tuise do hitapasahathon ngolunta asa tarulahon hitana tama ?)                                                                               

Kamis, 02 Agustus 2012

Allah menyanggupi kebutuhan orang percaya (1 Rajaraja 19: 4-9)


            Begitu berat untuk mengikuti perjalanan hidup ini. Ragam yang harus kita lewati, susah, senang. Dikala kita merasa tidak sanggup untuk menjalaninya, itu yang mendatangkan keputusasaan bagi kita. Dikala kita bisa dan sanggup, kita tidak boleh mengatakan kalau itu karena kekuatan, pikiran dan perbuatan kita sendiri, tetapi kita harus akui, bahwa yang dapat membuat kita untuk bisa bertahan hidup, adalah dengan Kasih karunia dan  pertolongan Tuhan, karena kita tidak bisa melakukan apapun kalau tidak seturut dengan kehendak-Nya.
            Nabi Elia adalah seorang nabi yang menginginkan agar bangsa Israel betul-betul taat dan setia kepada Allah, dan tidak menyembah berhala. Karena itulah Nabi Elia dapat melakukan apa saja demi kebenaran akan Firman Tuhan. Dan dia diberkati dlam segala pekerjaannya untuk kemuliaan Tuhan. Dalam nas ini dikatakan Nabi Elia dikejarkejar suruhan Izebel, agar dihukum mati juga. Sebelum nas ini dapat kita baca (1-4), bagaimana Nabi Elia memusnakan(membunuh) nabi-nabi baal yang menyembah berhala, itulah yang menjadi marah besar Izebel kepada Nabi Elia atas laporan Ahab. Nabi Elia harus mati seperti yang telah diperbuatnya kepada nabinabi baal itu. Mendegar itu lalu ketakutanlah Nabi Elia dengan melarikan diri ke padang gurun, disana ia merasa lelah dan ada rasa putus asa yang dilontarkan Nabi Elia, karena kelelahan dan merasa tidak mampu lagi untuk melarikan diri dari suruan Izebel. Dengan keterbatasan kemanusian Nabi Elia sehingga ia lelah n putus asa ,dengan :
Ay 4; Nabi Elia dikejar-kejar suruan Izebel, lalu ia bersembunyi di Padang gurun, lalu dia duduk di bawah pohon arar. Dengan penyerahan kata pasrah kepada Tuhan, dan mengakui keterbatasannya sebagai hamba Tuhan, dari nenek moyangnya. Manusia tidak lagi seperti sifat dan penyerahan diri Nabi Elia ini kepada Tuhan, tetapi sering kali manusia memaksakan kehendak kepada Tuhan. Ini lah yang menjadi kekurangan dan kelemahan manusia dihadapan Tuhan, yang selalu merasa merasa mampu untuk melakukan sesuatu dalam dirinya, dikala dia gagal maka timbullah sungut-sungut kepada Tuhan. Kita diingatkan supaya setiap kali kita melangkah, menyerahkan diri kepada Tuhan, dna tidak abersandar pada akal dan pikitan sendiri.
Ay 5-8; Roh Allah bekerja bagi orang-oarang yang meminta pertolongan dari-Nya. Nabi Elia tertidur di bawah pohon arar, karena merasa lelah, lapar. Dengan itu datanglah Malaikat Allah mendapatkan Nabi Elia dengan membawakan makanan, minuman kepadanya. Begitu besar kuasa Tuhan bagi orang yang melakukan kehendak-Nya. Sampai makan n minumnyapun diberikan. Sampai 2 kali Malaikat Tuhan menyentuh Nabi Elia dengan mengingatkan dia untuk makan dan minun, agar melanjutkan perjalanannya ke Gunung Horeb. Perjalanan kegunung Horeb dia lalui sampai 40 Hari 40 Malam lamanya perjalan yang ditempuh Nabi Elia. Dia dapat kuat hanya dengan makanan yang disiapkan oleh Malaikat Tuhan, sungguh heran bukan?????.... bagaimana kita boleh menikmati hidup ini dengan berkecukupan dalam hidup kita, kalau seluruh pekerjaan, hidup, kita serahkan kepada Tuhan, agar Dia yang tuntun dan berikan jalan.
Dengan Firman Tuhan ini kita bisa dikuatkan untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan, dengan melakukan kehendak-Nya dalam setiap hidup kita. Menyatakan kebenaran, dan selalu berserah dalam tangan pengasihan-Nya, jangan mengandalkan pikiran sendiri, tetapi nyatakanlah kepada Tuhan apa yang kita inginkan dalam Doa dan ucapan Syukur (Flp.4:6). Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37).
Renungan/Diskusi
-          Apa yang harus kita perbuat atas berkat Tuhan yang melindungi kita?
(Aha ma sipatupaonta, ala naung tajalo pasupasu sian Tuhan I ?)
-          Tuhan tetap setia melindungi orang yang percaya kepadanNya.(Dijaga Tuhan ido angka na hinaholongan ni rohaNa.

Rabu, 01 Agustus 2012

Makan Untuk Hidup vs Hidup Untuk Makan! (Keluaran 16 : 2 – 4 ; 9 – 15)


Seringkali manusia tidak dapat menikmati kehidupan ini sehingga memungkinkan seseorang mengalami keputusaan lalu menyudahi hidupnya dengan tujuan selesailah perjuangan yang sulit itu, tapi benarkah demikian? Teks ini menceritakan pengalaman umat Israel yang tidak sabar dalam tuntunan Allah sehingga mereka bersungut-sungut dan menyatakan lebih baik mereka mengalami kematian di Mesir dengan kelimpahan dari pada harus mengahadapi perjalanan di Padang gurun. Demikian juga dengan manusia yang tidak mengerti akan arti hidup ini, sehingga menghalalkan segala cara dalam hidupnya asal ada makanan. Manusia lupa bahwa sejak penciptaan, Allah telah menyediakan apa yang diperlukan manusia termasuk makanannya untuk kehidupannya. Sekalipun manusia telah jatuh kedalam dosa yang mengakibatkan sulit atau harus berkerja keras untuk kebutuhannya, tetapi Allah tetap campur tangan untuk memampukan manusia menyelesaikan persoalannya sehingga Allah sendiri yang memulihkan keberadaan manusia itu dengan mengutus AnakNya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus. Didalam dan melalui Yesus Kristus manusia dapat memiliki kehidupan yang kekal, itu sebabnya Yesus Kristus menyatakan pengajaranNya saat Dia dicobai oleh iblis untuk mengubah batu menjadi roti, Yesus menjawab “Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi setiap Firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Ini berarti kehidupan manusia tidak tergantung dari makanan secara jasmani saja, bahkan belakangan ini banyak orang yang mengalami kematian karena tidak dapat mengendalikan ketamakannya terhadap makanan, yang menjadikan dirinya obesitas, kolesterol, darah tinggi dan lain-lain akhirnya Game Over.  Bagaimanakah kita sebagai umat Allah memaknai hidup di dunia ini (POLA HIDUP ORANG KRISTEN) :

1.        Mengetahui apa yang menjadi prioritas dalam hidup ini (ay.2-4). Artinya sebagai milik Tuhan Yesus Kristus, kita harus mempercayai bahwa Bapa di Surga mengetahui apa yang kita perlukan. Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6 : 32,34).

2.       Melakukan aktifitas kehidupan kita dengan mewujudnyatakan iman kita kepada Allah yang Maha Kuasa (ay.9-12). Jika kita mengetahui bahwa Allah yang kita sembah adalah Bapa kita yang mengerti keperluan hidup kita tentunya kita dapat memohonkannya dalam doa dan permohonan denagn ucapan syukur bukan dengan bersungut-sungut kepada orang lain, hal inilah merupakan tindakan iman kita. Ketika kita menghadapi pergumulan atau masalah dalam hidup ini kita diajar untuk menyatakan dalam segala hal artinya kita harus terbuka dihadapan Tuhan, tidak perlu kita sembunyikan, inilah yang menjadi pola hidup Kristiani yang harus diwujudkan sebagai anak-anak Allah. Marilah kita belajar membentuk pola hidup yang baik dan berkenan kepada Allah dengan menyatakan segala sesuatu kepada Allah dengan ucapan syukur. Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6).

3.      Mempercayai bahwa Tuhan-lah yang memberikan roti yang menjadi makanan kita (ay.13-15). Dalam injil Yohanes, Yesus menyatakan diriNya sebagai Roti Surga . “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga.  Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya,  dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."  (Yohanes 6:51). Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” (Yohanes 6:53). Ini adalah sebuah peristiwa dalam pelayanan Yesus di Galilea, dimana banyak para pengikutnya mengundurkan diri karena perkataan Yesus yang sangat keras, dimana para pengikutNya tidak dapat menerima. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (Yohanes 6:60). Dalam hal ini para pengikutnya tidak mempuyai kepekaan terhadap perkataan Yesus. Sesungguhnya perkataan itu tidak diterjemahkan secara harafiah, melainkan bagaimana dalam kehidupan kita sungguh-sungguh memilki sifat yang Yesus kehendaki.

Dengan demikian melalui hal ini kita dapat belajar untuk senantiasa berpaut kepada Tuhan dan senantiasa datang kepadaNya; pernyataan Yesus yang sangat tegas dan keras kepada para pengikutNya yang mengundur diri, sesungguhnya sangat bermanfaat untuk meneguhkan kita dalam mengoreksi kesetiaan dan ketaatan kita kepada Yesus Kristus. Menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan karena kita adalah milikNya semata.

Bahan Diskusi:
1.  Apakah yang menjadi prioritas dalam hidupmu? (Diama narumingkot dibagasan ngolum?)
2. Kepada siapakah kita menyatakan seluruh keperluan hidup kita? (Tu dia do pasahathon mu saluhut ngolum?) 
3. Siapakah yang memberikan seluruh keperluan hidupmu? (Ise do na sumarihon ngolum?)